AADC – Ada Apa Dengan Coffee?

Menurut Anda, apakah sikap orang Indonesia terhadap kopi telah berubah/sedang berubah, dibandingkan tiga tahun lalu? Bagaimana ‘landscape’ kopi di Indonesia selama tiga tahun belakangan?

Dimulai awal dekade 2000-an, saat ini tren kopi dunia sedang dilanda apa yang disebut dengan ‘Third Wave Coffee’. Gelombang ini menjadi semacam gerakan dimana kopi diangkat menjadi jenis minuman artisan seperti wine, dibanding sebagai komoditi. Termasuk di dalamnya peningkatan kualitas biji kopi yang dimulai dari pembibitan, penanaman, perawatan pohon kopi, juga proses panen dan pasca panen. Menghasilkan biji kopi premium atau yang disebut gourmet coffee, yang berkualitas tinggi. Juga lahirnya istilah specialty coffee, biji kopi yang memiliki skor cupping di atas 80 poin.

Gerakan ini juga makin meningkatkan kualitas serta hubungan kerjasama yang baik antara petani kopi, trader, roaster dan barista. Dimana akibat yang akan dirasakan adalah para petani kopi yang selama ini paling kecil menikmati hasil penjualan kopi, bisa mendapat harga yang lebih baik dan tentunya peningkatan taraf hidup para petani.

Third Wave Coffee ini pun saat ini sedang melanda Indonesia. Ditandai dengan menjamurnya kedai kopi lokal yang menyajikan kopi berkualitas premium, specialty coffee dan single origin. Juga semakin sadarnya para peminum kopi akan kopi yang berkualitas. Bahwa minum kopi adalah sehat; yaitu minum kopi yang fresh, dari biji kualitas premium, digiling jadi bubuk, lalu diseduh. Perlahan gerakan ini menyadarkan masyarakat bahwa minum kopi sachet, kopi siap saji kurang sehat, karena mengandung banyak zat aditif.

Fenomena ngopi di Pasar Santa akhir-akhir ini, juga menunjukkan efek dari tren ini. Tidak peduli dimana tempatnya, yang penting kopi yang disajikan adalah kopi berkualitas spesial. Selain itu muncul fenomena baru, menjamurnya kelas barista dan kelas roaster. Saat ini, profesi barista atau roaster, menjadi profesi baru yang seksi.

Juga penjualan alat-alat seduh kopi manual brew untuk pemakaian di rumah tangga, seperti penggiling kopi manual, french press, paper filter plus pour over V60, dan lain-lain makin meningkat.

Ranah Kopi

Bagaimana pendapat Anda tentang kedai kopi semacam Starbucks atau Coffee Bean? Apa yang mereka bawa ke dalam dunia kopi Indonesia?

Bagaimana dengan menjamurnya kafe-kafe lokal independen? Masa depan seperti apakah yang tersedia untuk kafe-kafe ini, menurut Anda?

Biar bagaimana, kita harus berterimakasih pada Starbucks yang telah menjadi salah satu penyebar life-style kedai kopi ke seluruh dunia dan menandai lahirnya Second Wave Coffee. Dan juga membawa wabah tersebut ke Indonesia di awal 2000-an. Yang menjadikan nongkrong, meeting atau kerja di kafe menjadi sebuah tren. Dimana kedai kopi tidak hanya menjual kopi, tapi juga menawarkan suasana minum kopi yang nyaman, yang mereka sebut dengan Starbucks Experience.

Kelahiran beberapa kedai lokal ternama, seperti Anomali Coffee, juga menjadi momentum penting dunia perkopian Indonesia, dimana bisa dibilang ini memicu bangkitnya kedai kopi lokal yang menjual kopi Nusantara. Saat ini kedai kopi lokal bisa dibilang bisa menyaingi kehadiran gerai kopi global. Karena selain menawarkan suasan ngopi yang nyaman; salah satu poin penting juga, mereka menyajikan kopi berkualitas nusantara. Ini menjadi satu gerakan yang mewabah, gerakan cinta kopi lokal.

Sebagai negeri penghasil kopi terbesar keempat dunia, konsumsi kopi penduduk Indonesia masih sangat rendah, peringkat 70 (lihat gambar, data Euromonitor 2014). Coba dibanding dengan negara-negara lain, seperti Amerika, negara-negara Eropa, atau Jepang dan Korea. Tapi tiga tahun belakangan ini, konsumsi kopi nasional kita mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun.

The World's Biggest Coffee Drinkers

The World’s Biggest Coffee Drinkers

Semoga ini akan menjadi perkembangan bagus untuk kopi Indonesia. Seperti yang kita sama-sama tahu selama ini, kopi kualitas terbaik Indonesia diekspor ke luar negeri, sementara sisanya untuk konsumsi lokal. Dimana komoditas kopi tadi, diproses dan dilabel brand luar, kemudian masuk kembali ke Indonesia, dengan harga jual berlipat-lipat. Alangkah bagusnya jika kopi kualitas premium kita diserap lebih dulu oleh pasar lokal. Sehingga masyarakat bisa menikmatinya dengan harga lokal pula.

Tuhan telah memberikan anugerah besar dan cinta-Nya berupa kopi berkualitas yang tumbuh di berbagai daerah Indonesia, dengan karakter dan rasa yang berbeda-beda pula. Bagaimana kita menghargai, mengolah dan menangani kopi ini merupakan ungkapan terimakasih dan rasa cinta kita kepada Tuhan.

.

Dicuplik dari rangkaian wawancara riset tentang kopi di Indonesia via blog oleh sebuah lembaga riset, sekitar satu setengah tahun lalu.

Baca juga tulisan sebelumnya, Larut dalam Kopi

Baca tulisan berikutnya, Petualangan dalam Secangkir Kopi

.

Depok, 28 Mei 2016

Muadzin F Jihad

Founder Ranah Kopi

Instagram & Twitter @muadzin

Advertisement

6 responses to “AADC – Ada Apa Dengan Coffee?

  1. Jaman-jaman sekarang kopi jadi barang mewah, sejak muncul banyak tipe kopi yang antimainstream kaya kopi luwak, kopi gajah dari Thailand dan kopi rempah yang makin diminati. Belum lagi buku dan film Dewi Lestari tentang Filosofi Kopi bener-bener jadi best marketer buat kopi biar lebih dikenal sama seluruh kalangan. Intinya, kopi bisa jadi bagian hidup semua orang…

  2. Jadi inget, ranah kopi adalah kopi arabika pertama saya 😁 malah masih saya simpan lemasannya 😁 salam kenal pak

  3. Saya rasa ada benarnya juga. Belum lama ini sempat lihat salah satu dept store terkemuka di Jakarta yg biasanya mendisplay produk2 fashion di depan pintu masuk, sekarang malah mendisplay peralatan2 kopi pak.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s