Kenapa ya, jika ada suatu bencana selalu dikait-kaitkan dengan kemarahan Tuhan? Tuhan marah karena manusia bejat, mencuri, korupsi, dan berlumur dosa. Maka dikirimlah teguran berupa bencana agar manusia sadar.
Benarkah Tuhan marah? Apakah Tuhan sosok yang pendendam? Apakah Tuhan sosok yang kejam? Apakah Tuhan seperti guru killer yang menghukum murid-muridnya karena tidak mematuhinya? Apakah Tuhan seperti orangtua yang menghukum anak-anaknya karena melanggar aturan. Apakah Tuhan seperti raksasa yang memporakporandakan suatu desa karena penduduknya berhenti memberikan upeti? Benarkah Tuhan seperti itu? Apakah itu bukannya berarti kita memasukkan Tuhan dalam kotak kerangka berpikir manusia? Tuhan kan Maha Besar, rasa-rasanya tidak akan masuk jika pola pikir Tuhan dimasukkan ke dalam pola pikir kita, manusia, mahluk ciptaanNya.
Jika seluruh manusia membangkang kepadaNya, tidak mematuhi aturanNya, dan mengerjakan laranganNya, apakah Tuhan akan berkurang kemahakuasaanNya? Atau sebaliknya, jika seluruh manusia taat kepadaNya, apakah akan bertambah kemahaperkasaanNya? Jika jawabannya tidak, kenapa Dia harus marah jika kita membangkang?

Diambil dari http://media.viva.co.id/thumbs2/2009/10/02/77380_gempa_di_kota_padang___puing_bangunan_663_382.jpg
Saya diajarkan bahwa terserah kita mau beriman atau kafir. Tuhan memberikan kebebasan. Saya rasa semua keyakinan mengajarkan hal yang sama. Bukannya terus jadi aneh, jika kita memilih untuk tidak taat, lantas Tuhan marah? Lah kan tadi kita dikasih pilihan? Bukannya itu sama saja Tuhan meniadakan pilihan yang satunya, sehingga hanya tersisa satu pilihan? Kalau begitu sama saja Tuhan memaksa kita untuk beriman dong? Wah.. Tuhan bisa dituntut Komnas HAM kalau gitu *kidding 🙂
Semua bencana alam pasti ada penjelasan ilmiahnya. Saya bukan ahli geologi, tapi ini saya kasih link Kompas hari ini, wawancara dengan seorang ahli geologi yang menjelaskan penyebab gempa beruntun.
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/02/03103424/gempa.sumatera.masih.menyisakan.misteri
Terus kenapa di Indonesia, spesifiknya Sumatera-Jawa? Ya seperti di tulisan itu, karena Indonesia terletak di garis pertemuan lempeng bumi. Gampangnya, kalau tidak mau kena gempa, jangan tinggal di Sumatera-Jawa. Itu kan sama saja kita beli rumah di daerah banjir, lalu saat musim hujan, banjir. Kita bilang, “Ya Tuhan kenapa banjir? Ampuni hambaMu ini”. Ya salahnya sendiri, sudah tahu daerah banjir, beli rumah disitu. See?
Kalau mau tetap tinggal di Sumatera-Jawa, antisipasi dengan bikin bangunan yang sesuai standard untuk gempa. Seperti Jepang yang sudah ‘bersahabat’ dengan gempa. Kenapa banyak korban berjatuhan? Ini pasti adzab Tuhan karena bangsa ini bangsa yang korup yang bergelimang dosa. Really?
Saya cuplik sebagian artikel Kompas tersebut:
——————
Jatuhnya korban karena gempa bumi sebetulnya lebih karena sikap dan ulah manusia daripada alam. Getaran gempa tidak membunuh. Kita mengerti yang membunuh adalah bangunan yang runtuh akibat tidak tahan gempa atau fondasinya jelek, misalnya karena ada proses pelulukan lapisan pasir di bawah tanah (liquefaction) menyebabkan bangunan di atasnya ambles. Hal lain, karena terjadi kebakaran akibat short-circuit aliran listrik atau lainnya. Korban juga terjadi karena tertimbun longsor yang menimpa bangunan. Semua itu bisa dihindari kalau saja tata ruang dan kode bangunannya mengikuti kaidah mitigasi bencana gempa. Salah kaprah kalau menyalahkan alam dan takdir Tuhan. Semua tergantung dari usaha kita sebagai manusia yang bisa berpikir dan belajar dari pengalaman.
——————
Berarti benar, tidak ada bencana dan kerusakan di muka bumi kecuali karena ulah tangan manusia. Coba, setelah kita membuat kerusakan, membuat bumi ‘tertekan’, begitu ada akibatnya, yaitu bumi ‘menggeliat’ berupa bencana, kita bilang itu ulah Tuhan. Kata Tuhan: Enak aje loe.. 🙂
IMHO.
Wallahua’lam.
.
Muadzin Jihad
2 Oktober 2009 jam 7 pagi; dua hari setelah gempa Sumatra 30 September 2009.
Sambil berdiri dalam kereta ekspres Depok-Sudirman.
sedekah bumi ala masyarakat kota:
1. sisakan sedikit lahan terbuka (jangan disemen) agar bumi bisa bernafas.
2. buatlah sumur dangkal sebagai tandon air tanah
3. tanamlah pohon sebagai pabrik oksigen untuk keluarga
udah itu aja..