Penulis Skenario #layanganputus ini Pernah “Mati”, lalu “Hidup” Kembali

Jadi ceritanya di sekitar akhir 2008, Oka Aurora beberapa kali mendapat mimpi buruk, yang isinya bahwa ia akan mati muda.

Serem nggak sih?

Dan saya ingat sekali, lewat tengah malam tahun baru 2009, saya dibangunkan oleh Oka yang sedang menangis. Katanya, dia baru saja menonton film lokal di sebuah stasiun teve. Dalam salah satu adegan, ada seorang pemuda yang sedang diramal oleh seorang ahli nujum. Menurut si peramal, pemuda ini akan mati muda. Si pemuda kaget banget. Lalu bertanya, umur berapa dirinya akan mati. Jawab si peramal, 35 tahun. Oka, sambil sesenggukan mengatakan, peramal itu pasti berbicara kepada dirinya. Kenapa ia begitu yakin? Di tahun itu Oka menginjak usia 35!

Kami mencoba mencari jawab terhadap takwil ini. Singkat cerita, kami bikin janji ketemu dengan salah seorang guru spiritual kami. Guru kami bilang, ini artinya universe sedang berbicara kepada Oka. Beruntung ia punya kepekaan untuk membaca tanda-tanda alam.

Mati, lanjut guru kami, tidak harus berarti matinya jasad kita. Bisa jadi berarti “mati”-nya “jiwa” kita yang sekarang. Harus dibutuhkan usaha agar lahir “jiwa” kita yang baru. The NEW you.

Oh thank God. Seketika kami menjadi tenang banget mendengar petuah guru kami ini. Dan sampai hari ini, alhamdulillah Oka masih sehat wal afiat.

Saran beliau, coba lakukan doa, perenungan atau kontemplasi secara istiqomah. Cari hal-hal yang benar-benar membuat kita passionate. Lakukan dan cintai hal itu.

Sejak itu, mulailah Oka mencoba beberapa kegiatan. Diantaranya, mencoba beberapa usaha, jadi reseller rendang, reseller sprei, buka toko baju bayi online, sampai buka salon. Tapi, tidak ada yang berhasil. Malah menambah stres.

Oya saat itu Oka masih bekerja sebagai telecom engineer di sebuah perusahaan telekomunikasi asing. Di pertengahan 2010 saat Oka cuti melahirkan, dia hadir di acara reuni SMA-nya, dan salah satu adik dari temannya ternyata seorang penulis skenario, yang kemudian menjadi guru private penulisan skenarionya. Dan tampaknya menulis skenario ini akan dicobanya sebagai profesi part-time di luar kantor.

Sedari kecil Oka memang senang bahasa dan tulis-menulis. Cuma tidak pernah didalami dengan serius. Saat SMA, sebenarnya ia ingin sekali masuk jurusan A4 Bahasa. Tapi karena tuntutan lingkungan saat itu, terpaksalah ia memilih jurusan A1 IPA, jurusan yang digadang-gadang berprospek cerah. Dan saat memilih kuliah, dia masuk ke teknik elektro yang sebenarnya bukan minatnya. Ya, di masa itu, titel insinyur masih sangat membanggakan dan seperti sebuah jaminan masa depan yang cemerlang.

Iya, kami sama-sama berlatar belakang elektro. Dan kami dipertemukan di Elektro UI sebagai senior-junior 😀

Dalam pekerjaan pun, karena latar belakang yang tidak disukainya, sering kali ia sakit perut di minggu malam, karena stres membayangkan pekerjaan besok Senin. Kehidupan saat itu dijalani sebagai rutinitas, sesuai prosedur dan tanpa jiwa. Tidak ada prestasi cemerlang, dan bahkan merasa gagal dalam karir dan hidup.

Tiba-tiba kejadian mengejutkan terjadi sekitar sebulan Oka masuk kantor paska cuti melahirkan. Oka di PHK! Perusahaan tempatnya bekerja melakukan down-sizing.

Buat kami hal ini sangat mengejutkan. Kami terbiasa hidup dengan double-income. Tentunya banyak penyesuaian yang harus kami lakukan. Apalagi saat itu kami masih berurusan dengan para debt-collector KTA karena pembayaran macet akibat usaha kami yang bangkrut. Walaupun sempat mengalami dilema, karena setelah itu ada beberapa tawaran kerja, akhirnya ia mantap memilih jalur penulis dan tidak kembali ke dunia engineering.

Sempat menyabet penghargaan Penulis Skenario Film Terpuji Festival Film Bandung 2014, Oka terus menulis dan mengembangkan kemampuannya. Dari tangannya telah lahir 14 film layar lebar, 4 novel, dan 4 web series. Dia selalu bilang, berkecimpung di bidang teknik, ia seperti ikan yang disuruh memanjat pohon. Hidup di alam yang keliru.

Setelah terjun di dunia penulisan skenario, ia seperti ikan yang berenang di lautan. Bisa berekspresi dan bereksplorasi tanpa batas.

Dan karya terakhirnya, series Layangan Putus, tiba-tiba menggemparkan jagad nusantara. Tidak hanya viral di tanah air, tapi juga di 15 negara. Buat Oka pribadi, keberhasilan series ini tidak lepas dari ke-istiqomah-annya untuk terus menambah jam terbang. Untuk menjadi master di satu bidang, dibutuhkan minimal 10,000 jam terbang konsisten di bidang tersebut, tulis Malcolm Gadwell dalam bukunya Outliers.

Kenapa baru di karyanya yang ini yang meledak? Karena baru di series ini Oka bertemu di satu titik dengan kontributor terbaik dari berbagai faktor, bertemu di saat dan tempat yang tepat, dan di tangan yang tepat. Selain cerita, pengaruh besar datang dari pemain, penyutradaraan, visual, dan tentunya takdir 🙂

Seperti teori Gladwell di bukunya yang lain, Tipping Point, suatu magic moment di mana sebuah ide, tren, atau produk melampaui suatu batasan dan menyebar seperti api liar. Ibarat hamparan luas tanaman kering, di hari kemarau yang sangat panas, dibutuhkan hanya satu jentikan api kecil, maka… Boom!

Selamat ya, Oka. Enjoy your tipping point!

IT’S YOUR DREAMMM!

Depok, 21 Jan 2022

Leave a comment