Sekarang kita akan mengeksplorasi tema lain dalam kopi, yaitu KEMURNIAN. Ada banyak cara Anda bisa merasakan kemurnian. Misalnya, pengalaman kopi bisa jadi ‘berseni’ atau ‘dibuat dengan baik’ atau mungkin juga ‘bernuansa halus’, atau bahkan menyimbolkan perasaan ‘berbudaya’.
Kopi dapat terasa murni menurut saya, jika di dalam cangkir hanya berisi kopi plus air sebagai media seduhnya. Tanpa gula, susu, krimer, perasa atau bahan-bahan aditif lain.
Kopi yang ‘berseni’, dalam bayangan saya adalah kopi yang tersaji dari rangkaian proses yang ditangani dengan baik dan benar serta dilakukan dengan hati dan cinta. Sejak perawatan lahan, penanaman bibit, perawatan pohon kopi, proses panen, proses pasca panen, penyimpanan, penyangraian, hingga penyeduhan ke dalam cangkir.
Semua rasa yang dihasilkan oleh kopi menurut saya adalah karya seni yang dihasilkan dari tangan-tangan yang mengolahnya sepanjang proses tersebut. Dan layaknya benda seni, tiap orang akan memiliki interpretasi yang berbeda dari secangkir kopi.
Karena itu pula, menurut saya tidak ada rasa kopi yang persis dan tepat. Setiap perpaduan rasa dan aroma yang terjadi dalam secangkir kopi; misal antara pahit, manis, asam, fruity, earthy, dan lain-lain, akan menghasilkan karya seni yang berbeda, yang tidak akan pernah memiliki ukuran yang persis dan tepat. Ibarat menerjemahkan sebuah hasil karya seni, tidak bisa dirumuskan ke dalam ilmu pasti atau matematik.
Terus terang agak sulit mendeskripsikan maksud dari kopi yang ‘bernuansa dan halus’. Yang ada dalam pikiran saya, mungkin seperti kita menikmati alunan musik yang kita sukai, yang indah dan sesuai dengan suasana hati. Kita seperti larut dalam alunan melodi yang harmonis.
Deskripsi aroma, rasa, tekstur dan after taste yang dihasilkan adalah komposisi harmonis perpaduan dari semua elemen tersebut.
Buat saya, kopi yang baik, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, yang bisa dinikmati layaknya karya seni yang indah. Kopi yang buruk, adalah kopi yang rasa dan aroma yang dihasilkannya, terasa tidak harmonis. Bisa terlalu pahit, atau terlalu asam. Mungkin karena penyangraian yang terlalu dark atau terlalu light. Atau ada satu rasa atau aroma yang menonjol sehingga menutupi elemen lain, mungkin pengaruh dari proses pasca panen, seperti pengeringan dan fermentasi. Dengan kata lain, kita tidak bisa menikmati secangkir kopi tersebut secara optimal.
Namun jangan salah, mungkin saja ada orang yang suka dengan kopi yang menurut pendapat kita ‘buruk’. Kembali lagi bahwa interpretasi orang terhadap kopi berbeda-beda. Dan sekali lagi, layaknya sebuah karya seni, tidak ada interpretasi yang benar atau salah.
.
Dicuplik dari rangkaian wawancara riset tentang kopi di Indonesia via blog oleh sebuah lembaga riset, sekitar satu setengah tahun lalu.
Baca juga tulisan sebelumnya -> Petualangan dalam Secangkir Kopi
.
Depok, 27 Juni 2016
Founder Ranah Kopi
Instagram & Twitter @muadzin