Tulisan Maret 2017. Lupa di-posting. Pas lagi ngecek blog, ternyata ada di folder draft.
Catatan kecil berseri perjalanan ke Sumbar dua tahun lalu. Pengalaman pertama ke kampuang halaman.
Depok, 23 Juni 2019
>>
Hari pertama di Sumbar, kami mengunjungi Lawang, Kab Agam, kampung nenek dari ibu.
Masih ada beberapa saudara di sana yang mengelola kebun tebu milik ibu, warisan turun temurun. Pengolahan tebu ini masih tradisional, menggunakan mesin giling bertenaga kerbau. Kerbau berjalan berputar mengelilingi mesin peras tebu, sementara tebu dimasukkan ke dalam mesin pemeras. Sayangnya, saat kami mampir, si kerbau baru melahirkan anak, jadi produksi gula sementara istirahat.
Rumah warisan turun temurun sudah hancur dimakan usia. Hanya tersisa bak penampungan air terbuat dari batu.
Selain silaturahmi, tujuan penting ke Lawang adalah melacak silsilah keluarga garis ibu. Juga ziarah ke makam mereka.
Beruntung kami bisa berziarah ke makam ibu dari nenek saya. Makamnya berada di tengah kebun tebu dan sudah ditumbuhi alang-alang tinggi. Kami sekalian membabatnya. Makamnya tidak bernisan. Hanya ditandai batu besar untuk bagian kepala dan kaki. Serta pohon penanda makam; pohon yang tinggi penanda letak bagian kepala.
Silsilah kakek nenek yang lain belum terlacak, karena informasi yang sangat terbatas.