No Free Design -1

Beberapa waktu lalu, kebetulan saya ada urusan mencari peralatan untuk kafe kami, Ranah Kopi, di Jakarta (hehe… kesannya Depok jauh banget). Karena kebetulan itu hari Minggu, jadi sekalian saya ajak keluarga.

Setelah urusan selesai, meluncurlah kami ke Grand Indonesia, karena jaraknya yang berdekatan dengan tempat yang saya tuju itu. Kelar putar-putar mal dan makan, kebetulan di sebelah kafe tempat kami makan ada pameran design, Pasar Desain 2013, maka mampirlah kami ke pameran tersebut.

Pameran dipenuhi stan-stan dengan produk-produk yang sangat kreatif dan inovatif, bahkan beberapa bisa dibilang out-of-the-box. Salut dengan para peserta, yang sebagian besar anak-anak muda pengusaha bidang kreatif.

Di tengah depan area pameran, ada panggung kecil. Arkana, putra saya 6 tahun bilang, “Pak itu kalau mau nari di panggung harus bayar ya?”. Anak saya yang kelas 1 SD ini memang senang tampil di panggung. Tiap bulan waktu di TK selalu ada performance kelas, dia pasti selalu semangat.

Saya tanya,”kok Arkan bisa bilang gitu?”.

“Iya itu ada tulisannya, No Free Dancing”, katanya sambil menunjuk sebuah sign board bertuliskan ”No Free Design”.

*

Saya di sini bukan mau bahas tentang kesalahan baca anak saya antara “dancing” dan “design”… hehe. Kami memang termasuk orang tua yang tidak ingin buru-buru meng-Inggris-kan anak-anak. Jadi kami biarkan hal-hal kecil seperti itu jadi kelakar di keluarga kami. Tapi saya justru tertarik dengan sign-board “No Free Design” di event tersebut.

Mungkin itu wujud keprihatinan teman-teman bidang desain, saking sebegitunya masyarakat kita tidak bisa menghargai nilai dari sebuah desain. Desain dianggap pekerjaan gampang, tanpa modal, tanpa tenaga, dan tanpa biaya. Maka seharusnya sebuah desain tidak boleh dijual mahal. Gratis malah seharusnya 🙂

Yah ironisnya sebagian masyarakat kita masih berpikir seperti itu. Belum bisa menghargai sebuah ide. Belum bisa menghargai sesuatu yang bersifat intangible. Yang diukur hanya yang bersifat materi, tangible, yang tertangkap oleh indera. Kadang-kadang termasuk saya… hehe.

Sebenarnya, sedikit banyak saya juga termasuk berkecimpung di bidang desain, walaupun tidak terjun langsung ke dalam industri desain kreatif.

Waktu masih jadi fotografer kondang (tukang foto yang suka motret kondangan, maksudnya hehe), sering kali juga mengalami hal seperti di atas. Ada beberapa calon klien yang menawar murah paket liputan wedding yang saya tawarkan.

“Mahal amat! Kan cuma cetak album foto digital dan cetak kanvas paling berapa?”, cetus mereka.

[Bersambung ke Bagian-2].

Advertisement

2 responses to “No Free Design -1

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s