PHK Membawa Bahagia

Beruntung saya bisa menghadiri acara di Senayan City XXI kemarin malam. Gala premier dan press conference film “Ayah Mengapa Aku Berbeda” (AMAB). Ini adalah sesuatu yang bersejarah buat isteri saya @jaumilaurora. Karena film tersebut adalah hasil karya pertamanya dalam penulisan skenario. Malam itu dia duduk berderet di depan bersama produser, sutradara, dan pemeran utama film tersebut. Saya beruntung karena bisa menjadi saksi kebanggaan dan kebahagiannya malam itu.

Ini seperti membuka lembaran baru dalam buku kehidupannya.

Isteri saya sebelum ini bekerja di perusahaan swasta asing bidang telekomunikasi. Kami sama-sama lulusan Teknik Elektro UI. Sayangnya pekerjaan yang selama ini dia jalani tidak sesuai dengan hatinya.  Dia selalu mencari-cari peluang atau profesi lain yang bisa menggantikan pekerjaannya itu. Setelah mengikuti sebuah pelatihan wirausaha, di awal 2009 dia pernah mencoba membuka usaha salon 2 cabang  langsung. Dan tutup dengan sukses 6 bulan kemudian. Berbarengan dengan tutupnya usaha resto franchise
bakso malang saya. Ini menimbulkan masalah kredit macet yang parah, karena semua modal dibiayai melalui KTA Bank.

Memang petunjuk datang dari arah yang tidak kita duga. Saat sedang cuti hamil dari kantornya, dia hadir ke reuni SMA nya. Salah satu teman SMA nya ternyata punya adik seorang penulis skenario.  Singkat cerita, jadilah dia berguru private penulisan skenario dengan adik temannya itu. Isteri saya ini dari kecil memang hobi menulis, cuma tidak pernah didalami dengan serius. Dan tampaknya menulis skenario ini akan dicobanya sebagai profesi part-time di luar kantor.

Tiba-tiba kejadian mengejutkan terjadi, tepat sebulan setelah isteri saya masuk kantor pasca cuti hamilnya. Isteri saya di-PHK. Down-sizing.

Buat kami hal tersebut sangat mengagetkan dan membingungkan. Apalagi saat itu belum ada lowongan kerja di tempat lain yang sesuai dengan isteri saya. Yang biasanya kami hidup dengan double-income, kini harus cukup dengan single-income. Tentunya banyak penyesuaian yang harus kami lakukan. Apalagi kami masih terikat pembayaran beberapa KTA, setelah sebelumnya sempat berurusan dengan para debt-collector karena kredit macet akibat usaha kami yang bangkrut (cerita lengkapnya saya tulis di sini).

Disini titik kritisnya. Istri saya berada dalam kebimbangan, setelah PHK ini, apakah akan mencari pekerjaan lagi atau serius menekuni penulisan skenario. Akhirnya dia memutuskan untuk serius menulis skenario film. Dan tidak mengirim CV lagi ke perusahaan-perusahan telekomunikasi sejenis.

Beberapa bulan berjalan, isteri saya sudah menulis beberapa skenario dan memberanikan diri untuk menawarkannya ke beberapa sutradara. Tapi order belum didapatkan.

Di tengah kondisi ‘rindu order’ ini, datanglah tawaran bekerja dari ex rekan kerjanya di bidang telekomunikasi. Mendapat tawaran gaji yang lebih besar dari gaji dia terakhir, isteri saya mulai bimbang. Ya pertimbangannya uang. Kami memang butuh uang.

Ini titik kritis kedua. Isteri saya bertanya, bagaimana sebaiknya. Saya katakan, untuk apa dia set-back, balik lagi ke belakang melakukan pekerjaan yang tidak dia sukai. Yang sudah 13 tahun dia jalani dengan keterpaksaan.

Uang bukan segala-galanya. Untuk apa kita punya uang tapi kita tidak bahagia menjalaninya.

Jadi saya anjurkan dia untuk tetap dengan keputusannya dalam penulisan skenario. Kalau soal rezeki, Tuhan pasti akan berikan dari mana pun sumbernya.

Dan tebak, sehari, iya sehari, setelah dia memutuskan menolak tawaran kerja dari rekannya tersebut, datang tawaran dari guru penulis skenarionya untuk menggarap buku behind the scene-nya DBLK. Guru isteri saya adalah penulis skenario film tersebut, Titien Wattimena @tinut. Cerita lengkapnya bisa dibaca di sini.

Itulah pintu pertama isteri saya berkenalan dengan dunia perfilman.

Setelah itu, datang tawaran yang ditunggu-tunggu. Melalui gurunya juga, isteri saya ditawari untuk menulis film yang berdasar novel laris AMAB ini. Alhamdulillah. Lalu berlanjut dengan tawaran-tawaran film berikutnya. Sampai saat ini, dalam kurun empat bulan, dia sudah menulis empat skenario film!

Ajaib ya? Ya karunia Tuhan memang ajaib.

Saat ngobrol, saya kadang suka bilang, “untung kamu di-PHK ya.. kalau kamu ga di-PHK, mungkin sekarang masih kerja di perusahaan itu ya?” “Iya pasti masih lah. Memang harus dipaksa kayaknya untuk menemukan my true passion

Sekarang dia bisa merasakan kebahagiaan kerja di rumah, sambil main bersama anak-anak. Tidak harus berangkat ke kantor, terbirit-birit tiap pagi dan sore mengejar kereta KRL Express.

Dan tahu tidak, kebetulan sekali, bulan ini tepat setahun isteri saya di-PHK.

Innama’al usri yusra. Fa innama’al usri yusra.. (Quran An Nashr: 5)

Setelah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan.

.

*Special thanks to Ria and Titien for bringing my love into the new life.
.

Depok 15.11.11

Muadzin F Jihad

Founder @SemerbakCoffee

Updated Juli 2013:

Founder & Owner Ranah Kopi

Twitter @muadzin

.

*Baca juga “12 Menit” with Passion.

Advertisement

23 responses to “PHK Membawa Bahagia

  1. subhanallah..hebat ya pak skenario Tuhan..cerita yang indah..salam kenal utk istri bapak..ternyata mba jaumil alumni tarki juga.. kakak kelas dong ya..saya angkatan 96..hehehe..

  2. Memang, kadang true passion harus dipaksakan ditemukan 🙂 bener banget, kita ga pernah tau kalo ga nyoba, iyakan? 🙂

    Sukses buat istri tercinta yaaaaaa

    Warmregards,
    @ayarasya

  3. AssWrWb pak muadzin, dl pernah jd instrument engineer di pfn (jgc) ya, kbtulan saya tau dr beberapa kerabat dst (kbtulan sy jg I&C eng dijgc), saya benernya punya mimpi utk mengikuti apa yg pak muadzin lakukan, bagi2 ilmunya ya Pak, kebetulan jg saya tinggal di Depok, dan sempat tertarik jg sama semerbak kopi.

    Rgrds,

    WQ

  4. Saya mengalami PHK dlm transisi adabtasi,gelap utk melangkah.usaha rintisan blm berbuah maximal, pesangon tdk cukup utk melunasi hutang,saudara pny saran????

  5. Tulisan inspiratif. Saya juga September ini akan di PHK mas, pemberitahuan sudah dari bulan Mei kemarin. Setelah 12 tahun mengabdi, saya ga sangka akhir ceritanya akan seperti ini, karena kantor sudah seperti rumah kedua. Ya selain kaget karena tiba2 jadi tidak punya penghasilan (masa apa2 harus minta sama suami), ikatan emosional dengan atasan dan rekan kerja juga sudah mendalam. Mau usaha takut gagal, karena ga ada pengalaman usaha sebelumnya. Ada saran?

  6. Pingback: 8 Tahun | Mata, Rasa & Kata Muadzin·

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s