Filosofi Kopi, Filosofi Hidup

“Kalau ada orang yang bisa bikin kopi paling enak di Jakarta atau di Indonesia, itu pasti gue,” cetus Ben di layar film Filosofi Kopi.

“Salah tuh, harusnya Bapak. Bapak yang bisa bikin kopi paling enak,” tiba-tiba Arkana (putra kedua saya, 7 tahun), nyeletuk.

***

Ya, kemarin sore saya sekeluarga menonton film yang diadaptasi dari buku kumpulan cerpen Dee Lestari ini. Walaupun masuk dalam kategori film remaja, tapi saya ajak anak-anak ikut serta. Saya ingin mereka memahami dari awal pekerjaan bapaknya, pengusaha kedai kopi.

Saya masih ingat saat selesai baca buku Filosofi Kopi ini beberapa tahun lalu, saya langsung twit Mbak Dee, “Mbak kedai kopi dalam cerita itu fiktif atau benar-benar ada? Saya mau datangi.” Dijawab Mbak Dee, “Fiktif Mas”. Saking saya suka dengan cerita dan karakter Ben di cerpen itu.

Filosofi Kopi Movie

Nobar Filosofi Kopi The Movie

Entah kenapa saya tertarik sekali dengan hal yang berhubungan dengan kopi. Padahal dulu saya bukan penikmat kopi. Pengalaman saya pertama kepincut kedai kopi saat tahun 2000 jenguk istri saya yang sedang berdinas di Singapura. Di sana sedang marak jaringan coffee shop terbesar di dunia, Starbucks. Di Indonesia saat itu belum masuk. Istri saya selalu menceritakan kedai kopi ini. Jadi pada saat saya ke sana, salah satu tempat sasaran saya adalah kedai kopi Starbucks.

Pada saat di dalam kedai Starbucks itulah saya punya impian, “enak juga ya, kalau suatu waktu bisa punya kedai kopi seperti ini”. Alhamdulillah, 13 tahun kemudian impian itu terwujud.

Tempo hari ada teman di grup Whatsapp pengusaha UKM komunitas Tangan Di Atas Depok yang saya masuki bertanya, kenapa saya memilih bisnis kopi. Spontan saya jawab, bukan saya yang milih, tapi Tuhan yang “memilihkan” bisnis kopi untuk saya.

Jawaban ini bukan sok spiritual, tapi memang begitu kenyataannya. Bisnis kopi saya yang pertama, booth kopi take-away dengan seorang rekan, dibuka hanya karena iseng memanfaatkan teras ruko usaha laundry saya. Dan Ranah Kopi, usaha kedai kopi saya saat ini, saya dirikan karena setelah keluar dari usaha saya yang pertama, saya dipertemukan Tuhan dengan orang-orang yang peduli dengan kopi nusantara. Saya pernah ceritakan kisahnya di sini.

Kembali lagi ke Filosofi Kopi, film adaptasi cerpen ini berhasil dengan cantik mengabadikan suka duka berbisnis kedai kopi, tentang profit bisnis yang kejar-kejaran dengan cicilan utang, tentang konflik bisnis berpartner, tentang kompromi kepala dengan hati, tentang benturan idealisme dan realita bisnis, dan lain-lain.

“Karena Pak Seno menyajikan kopi dengan cinta, sedangkan kalian menyajikannya dengan obsesi!”, itu satu line yang menohok. Membenturkan antara kepala dan hati.

Tidak hanya menyajikan seluk beluk bisnis kedai kopi, film ini juga menggambarkan latar belakang manusianya, cerita di seputaran petani kopi, sampai konflik petani kopi yang dipaksa penguasa lahan mengganti pohon kopi dengan kelapa sawit yang untungnya lebih menggiurkan.

Secara pribadi, film ini punya keterikatan emosi dengan saya. Berawal dari perkenalan dengan Mas Handoko, salah satu produser, film ini sedianya hampir bekerjasama dengan usaha kopi pertama saya. Tapi karena satu dan lain hal, kerjasama tersebut tidak terjadi.

Setelah itu, melalui Mas Handoko-lah saya bisa berkenalan dengan Bang Rai Bangsawan (Alm), salah satu inspirator saya di bidang kopi. Yang akhirnya membuat saya membulatkan tekad dan niat untuk mendirikan Ranah Kopi.

Terimakasih dan sukses untuk seluruh tim Filosofi Kopi, yang sudah mempersembahkan film yang menggambarkan kehidupan pemain kopi dan lika-likunya dengan indah.

.

Depok, 10 April 2015

Muadzin F Jihad

Founder Ranah Kopi

Twitter @muadzin

Advertisement

One response to “Filosofi Kopi, Filosofi Hidup

  1. Menarik! Saya juga pencinta kopi dan dari duluu sblm difilmkan memang sudah baca dan nge fans sama filosofi kopi nya mbak dee

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s