Tahun ini merupakan tahun yang bersejarah bagi kehidupan dan masa depan saya. Tahun pembelajaran. Tahun perjuangan.
Diawali di suatu Jumat pagi di bulan Februari. Entah bagaimana mata tertumbuk pada sepotong iklan di Kompas, ‘Seminar Cara Gila Jadi Pengusaha’. Saya terus membaca.. ‘oleh Purdi E Chandra’. Tetap menyimak… ‘diselenggarakan oleh Entrepreneur University’. Hmm.. EU, sering dengar nama ini di milis-milis bisnis. Dan sudah lama penasaran dengan EU ini, yang katanya sekolah para entrepreneur.
Dan Sabtu pagi keesokan harinya kami, saya dan istri, sudah duduk di barisan kursi seminar itu di sebuah hotel bilangan Jakarta Selatan. Sayang sekali, pesawat yang ditumpangi Pak Purdi terlambat. Kami sempat kecewa. Tetapi panitia menghadirkan pembicara pengganti, dan memberikan kejutan: Pa Purdi akan memberikan waktu seminar pengganti hari Senin malam besoknya. Hwaa.. hebat juga nih beliau -jadi makin penasaran untuk bertemu beliau.
Ternyata pembicara penggantinya bukan main-main, Pak Miming sang motivator, pembicara favorit EU. Kami sempat terkejut saat beliau naik panggung, karena ternyata beliau adalah orang yang tadi di depan membukakan pintu ruang seminar buat kami. Seorang yang humble pasti pikir kami.
Baru beberapa menit beliau bicara, kami langsung tertarik. Seminar ini merupakan gambaran global. Untuk detailnya, kami perlu mengikuti pelatihan satu minggu sekali selama 2 bulan. Kami langsung daftar saat itu juga. Walaupun buat kantong kami saat itu, fee sebesar itu terasa berat. Sempat muncul keraguan. Tapi rasa keingintahuan kami mengalahkan keraguan kami terhadap kualitas pelatihan EU tersebut.
Senin malam, akhirnya kami berhasil bertemu dengan Pak Purdi. Ternyata aslinya tidak seindah fotonya (hehe.. Ini becandaan paling populer di kalangan EU). Purdi E Chandra. Mau tahu kepanjangan ‘E’-nya? ‘Entrepreneur’! Begitu beliau membuka seminar segar malam itu. Selesai seminar kami makin mantap untuk mengikuti pelatihan mingguan di Entrepreneur University.
Singkat cerita, baru sekitar 3-4 minggu pelatihan, kami langsung ACTION, sebuah kata yang selalu didengung-dengungkan di kalangan EU. Suatu kata yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha. Saya tidak akan menjelaskan detail isi seminar dan pelatihannya disini. Jika anda penasaran ingin tahu, silahkan ikuti sendiri. Ibarat habis nonton film horror, saya ceritakan gimana pun, ga akan dapet gregetnya. (Boleh minta komisi ga pa Purdi..? Hehe).
Action kami ga tanggung-tanggung. Kami menyewa ruko, mengambil dua franchise besar, bidang laundry dan bidang kuliner, dan membuka salon dan wedding organizer. Wah.. modalnya besar banget dong? Mungkin tidak akan ada yang percaya jika saya katakan usaha kami ini tanpa modal dari kami sepeser pun. [mengenai modal usaha, akan saya ceritakan detail dalam buku saya, jika jadi ditulis dan jadi diterbitkan.. hehe kata orang ‘Fake it before you make it’].
Buat kami ini sebuah lompatan besar. Quantum leap. Kenapa saya bilang ‘lompatan’? Karena di bulan Januarinya kami hanya punya satu kegiatan: karyawan. Sekarang kami punya beberapa usaha! Mungkin ini jalan menuju cita-cita saya selama ini. Karyawan yang senantiasa menyimpan keinginan untuk memiliki usaha. Bertahun-tahun saya mencari peluang, informasi dan ilmu. Puluhan (atau ratusan ya..) buku yang saya lahap. Untuk menjaga api kewirausahaan di dada agar tetap menyala.
Untuk saat ini, sepotong iklan Kompas yang sekelebat terbaca saat akan berangkat kantor itulah, pintu dari segala peristiwa di tahun ini. Tahun 2009 yang penuh berkah ini.
Bagaimana kelanjutan dari lompatan besar kami tersebut? Ikuti terus kelanjutannya… *mau turun kereta dulu*
Desember 2009 16.45
Dalam kereta ekonomi AC Manggarai-Depok
Muadzin F Jihad
Founder Semerbak Coffee
Updated Juli 2013:
Founder & Owner Ranah Kopi
Bersambung… ke bagian dua.
Pingback: Kebahagiaan Tersendiri | tdadepok.com·
Pingback: Catatan akhir tahun 2009 - Quantum Leap » Muadzin's Blog·
greaaat..
Terimakasih mas 🙂
Pingback: Bercengkerama dengan Debt Collector « Mata, Rasa & Kata Muadzin·
saya juga karyawan pak, sudah 10 tahun mengabdi, tapi sudah lama saya sebenernya pengen resign, kadang merasa waktu habis, fisik capek, otak lelah mikir buat keuntungan orang lain, belum kalau dimarahin owner, bersinggungan dengan rekan kantor dll. Mudah-mudahan sharing Bapak bisa menginspirasi saya…