Menurut Anda, dalam secangkir kopi, bagaimana kopi dapat membawa pengalaman berpetualang? Jadi, selain ‘mengejutkan’, ‘berlapis-lapis’ dan ‘kontras’ sebagai salah satu karakteristik yang dapat membuat secangkir kopi menjadi layaknya berpetualang, karakteristik apa lagi yang mungkin termasuk di sini?
Saya pernah mengalami rasa kopi yang ‘mengejutkan’, pada sebuah event pameran specialty coffee beberapa bulan lalu; dimana kopi yang saya jajal, menyuguhkan rasa yang sangat unik, mirip seperti sari buah-buahan. Kata roasternya, rasanya mirip wine. Rasa yang muncul adalah perpaduan harmonis antara pahit kopi, manis dan asam buah mirip ceri-cerian, dengan after taste rasa kopi yang lembut dan tipis.
Terus terang, seingat saya, saya belum pernah mengalami pengalaman mencicipi kopi dengan rasa yang dideskripsikan sebagai ‘kontras’. Jika yang dimaksud dengan ‘kontras’ di sini adalah rasa yang saling bertabrakan. Mungkin contoh yang terbayang oleh saya adalah permen ‘Nano Nano’ (hehe… jadul banget ya contohnya).
Jika pemrosesan biji kopi dilakukan dengan baik; sejak pemetikan, pencucian, pengeringan, fermentasi, penyimpanan, penggorengan hingga penyeduhan; maka rasa ‘Nano-Nano’, antara pahit, asam, manis, asin, juga after taste yang didapat dari kopi adalah rasa yang selaras, serasi, berpadu dengan harmonis. Mungkin itu kebesaran Tuhan yang dilimpahkan pada kopi.
Nah, mungkin saya lebih cocok untuk menggambarkan itu dengan istilah ‘berlapis-lapis’.
Saya lampirkan bagan berikut, dimana digambarkan bahwa rasa dan aroma kopi bisa berlapis-lapis.
Buat saya, kopi adalah sebuah keajaiban. Dari buah ceri kopi yang sama, dengan proses pencucian, pengeringan dan fermentasi yang berbeda, bisa menghasilkan biji kopi dengan rasa, tekstur dan aroma yang berbeda.
Dari biji green bean yang sama, dengan proses penggorengan yang berbeda; light-medium-dark roast; akan menghasilkan rasa, tekstur dan aroma yang berbeda.
Dari biji roasted bean yang sama, dengan proses penyeduhan (brewing) yang berbeda; manual brew (tubruk, plunger, V60, siphon, cemex, aeropress, dan lain-lain) atau dengan mesin (coffee maker, espresso, dan lain-lain), akan menghasilkan rasa, tekstur dan aroma yang berbeda pula.
Ajaib, kan?
Itulah mengapa, buat saya mencicipi kopi itu seperti berpetualang. Kita tidak pernah bisa menebak, rasa apa yang akan ditawarkan dalam secangkir kopi yang disuguhkan kepada kita.
.
Dicuplik dari rangkaian wawancara riset tentang kopi di Indonesia via blog oleh sebuah lembaga riset, sekitar satu setengah tahun lalu.
Baca juga tulisan sebelumnya, AADC – Ada Apa Dengan Coffee?
Baca tulisan berikutnya, Kopi Sebuah Karya Seni
.
Depok, 20 Juni 2016
Founder Ranah Kopi
Instagram & Twitter @muadzin
Menarik! Tualang kopiku belum sampai pada level atas masih newbie walaupun udah sering ngopi di Malang selama tiga tahun. Hehehe…
Makasih udah mampir Mas
Bagus Pak Muadzin.
Terus galang kopi terbaik, sebarkan pengetahuan yg benar pada masyarakat, khususnya konsumen Bapak.
Siap pak Cahya.
Terimakasih sudah mampir 🙂
Setuju pak muadzim.. salam kenal, saya tau bapak dari bunda lisa 🙂
Salam kenal mas Dicko.
Terimakasih sudah mampir 🙂
Sama2 om salam sruput 😁
suka ilmunya pa…
enaknya ngopi sambil ngobrol ngalor ngidulnya itu pa,
eh ada mas @dickopurnomo juga