Sambungan dari tulisan pertama…
Asosiasi dan Network
Setiap ada acara launching pembukaan usaha kami, beritanya selalu saya posting ke Facebook.
Di salah satu posting-an, salah satu friend, yang setelah ketemu baru ngeh ternyata temen SMP, mengajak untuk bergabung dengan komunitas TDA (www.tangandiatas.com). Karena domisili saya di Depok, jadilah saya anggota TDA Depok.
Mengenai TDA ini saya juga sudah sering baca di milis-milis bisnis. Komunitas pengusaha dengan berbagai skala bisnis. Saking penasaran, saya pernah datang sendiri ke seminar dua-mingguan mereka, yang saya dapat informasinya dari Facebook. Tapi memang pengurus pusat menyarankan kepada calon anggota untuk bergabung dengan komunitas wilayah domisili. Karena keanggotaan di pusat sudah teramat besar dan sulit untuk berkomunikasi seperti yang diharapkan. Cuma karena saya sama sekali tidak ada info tentang TDA Depok, jadi keinginan untuk bergabung itu tidak kunjung terlaksana. Karena itu ketika datang tawaran dari ex teman SMP ini, seperti pucuk dicinta ulam tiba. Akhirnya bisa juga berasosiasi dengan para pengusaha yang mandiri dan konsisten. Seperti di buku-buku wirausaha yang saya baca, pengusaha itu perlu berasosiasi dengan pengusaha juga. Karena dunia di luar sana adalah “belantara” karyawan (maaf buat yang masih karyawan-saya juga masih karyawan kok..). Tanpa berasosiasi dengan pengusaha, pengusaha pemula yang tidak kuat-kuat iman akan menyerah dan balik lagi jadi karyawan. Karena tantangan menjadi pengusaha tidak kecil, apalagi bagi pemula yang masih buta pengalaman sama sekali.
Intinya saya bersyukur bisa bergabung dengan TDA dan berasosiasi dengan sesama pengusaha. Kelebihan dari TDA ini adalah mereka memiliki Kelompok Master Mind (KMM). Kelompok kecil 7-8 orang yang rutin berkumpul 2 minggu sekali untuk sharing. Dan beruntung sekali saya dapat bonus, kesempatan bisa ikut KMM kelas mentoring dengan seorang coach jebolan Action International.
Semerbak Coffee
Cerita saya tentang tahun 2009 tentunya tidak bisa lepas dari cerita tentang Semerbak Coffee.
Adalah Iwan Agustian, teman SMP yang mengenalkan TDA Depok tadi, melontarkan ide iseng untuk membuat booth yang menjual kopi blend. Dia siap dengan suplai bahan bakunya. Saat itu memang saya sedang berpikir untuk mengisi teras ruko saya yang kosong dengan membuat take-away booth minuman siap saji. Yang waktu itu terlintas adalah minuman cendol. Nah kebetulan ada yang ngajak kerjasama, dan kopi-blend sepertinya lebih menjanjikan dibanding cendol, langsung saya setuju untuk mencoba bekerjasama. Pucuk dicinta ulam tiba lagi.
Selanjutnya ide iseng itu serius kami rembukkan. Rencana kami adalah kami tidak hanya akan membuat satu booth, tapi kami akan menjual bisnis kami sebagai business opportunity, alias menjadi franchisor booth minuman kopi-blend siap saji. Entah bagaimana chemistry diantara kami terbentuk begitu cepat. Jadi ide-ide kami mengalir dengan lancar. Terus terang waktu SMP dulu kami sebenarnya tidak kenal-kenal amat, maklum tidak pernah sekelas dan beda genk. Iwan genk gaul, saya tidak ber-genk 🙂
Porsi saya mendesain nama, logo, booth, dan lain-lain. Setelah beberapa nama dan desain logo sempat muncul, terpilihlah nama dan logo seperti sekarang ini. Akhirnya dengan modal awal patungan, masing-masing 1.6 juta, kami memulai bisnis ini.
Bisnis yang kelihatannya kecil, mulai berkembang. Karena dari awal kami berpikir untuk ‘menjual’ bisnis, tidak hanya ‘membangun’ bisnis. Sampai saat tulisan ini dibuat, sudah ada 55 outlet kami tersebar di Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Salah satu lompatan dalam bisnis kami adalah kami mendapat kesempatan berpartisipasi di ajang Franchise & License Expo Indonesia November 2009. Kami ikut secara gratis atas undangan dari Kementrian Koperasi UMKM melalui fasilitasi dan seleksi dari TDA. Ini adalah pengalaman yang tak akan terlupakan. Merupakan tonggak sejarah bisnis kami. Banyak hal yang kami dapat dari pameran ini. Tidak hanya tambahan mitra, tapi juga asosiasi, network, pengalaman, dan lain-lain.
Lompatan lain adalah di tahun yang sama ini, kami dapat membeli mesin dan memproduksi kopi-blend sendiri, yang tadinya kami membeli dari supplier. Ini benar-benar hal yang tidak kami rencanakan sama sekali. Seperti terjadi begitu saja. Kami yang kemarin tidak tahu apa-apa tentang kopi, tiba-tiba sekarang sudah berhubungan dengan supplier-supplier kopi, creamer, flavour, mesin giling, mesin kemasan, dan lain-lain. Network itu seolah-olah datang kepada kami, sejak kami ikut pameran franchise tersebut. Mungkin ini yang kata orang, Law of Attraction (LOA).
Masih banyak sekali yang harus kami lakukan. Rencana, goal, dan impian-impian menari-nari di kepala. Semerbak Coffee harus lebih besar lagi di tahun-tahun berikutnya.
Terimakasih buat semua pihak yang telah mendukung kami hingga Semerbak Coffee sampai ke level seperti sekarang. Terimakasih kepada Facebook, TDA Pusat, TDA Depok, Pak Teguh, para mitra dan fans, dan tentunya Tuhan Maha Kuasa yang membuat segalanya berjalan begitu lancar.
Bersambung ke sini
Depok, 5 Januari 2010
Muadzin F Jihad
Founder & Owner Semerbak Coffee
Pingback: www.semerbakcoffee.com | tdadepok.com·
Pingback: Tahun Pertama Semerbak Coffee yang Luar Biasa « Mata, Rasa & Kata Muadzin·
Malam pak Muadzin…., mau ty bgm caranya klu mau ikut acara besok…..??
This is a grreat blog